Luhut Binsar Pandjaitan Blak-blakan soal Investasi di Aceh Singkil

I. Pendahuluan
Aceh Singkil, sebuah kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, memiliki potensi alam yang luar biasa, mulai dari keindahan alam hingga kekayaan sumber daya alam. Namun, selama bertahun-tahun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, telah menunjukkan perhatian serius terhadap pengembangan daerah ini.
II. Potensi Alam dan Pariwisata Aceh Singkil
Aceh Singkil dikenal dengan keindahan alamnya, seperti pantai yang indah dan pasir putih yang memukau. Selain itu, daerah ini juga memiliki hutan bakau, gambut, dan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kredit karbon. Namun, aksesibilitas menuju daerah ini masih terbatas, yang menjadi tantangan utama dalam pengembangan potensi tersebut.
III. Komitmen Pemerintah dalam Pengembangan Infrastruktur
Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan Aceh Singkil. Pemerintah berencana untuk memperpanjang landasan pacu Bandara Syekh Hamzah Fansuri dari 1.200 meter menjadi 2.000 meter agar pesawat berbadan besar dapat mendarat. Selain itu, pembangunan pelabuhan dan dermaga juga menjadi prioritas untuk mempermudah akses transportasi.
IV. Investasi Uni Emirat Arab dan Tantangan Syariat Islam
Pada tahun 2021, Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk berinvestasi sebesar Rp 7 triliun di Aceh Singkil, khususnya di Kepulauan Banyak. Investasi ini bertujuan untuk membangun resort mewah yang akan dikelola oleh Murban Energy. Namun, rencana ini sempat terhambat karena perbedaan pandangan terkait penerapan aturan syariat Islam di daerah tersebut. Hal ini menjadi tantangan dalam menarik investor asing ke Aceh Singkil.
V. Harapan dan Langkah ke Depan
Luhut Binsar Pandjaitan berharap agar pemerintah daerah dan masyarakat Aceh Singkil dapat menjaga kebersihan dan keramahan terhadap wisatawan. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga iklim investasi agar tetap kondusif. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan sikap terbuka terhadap investor, Aceh Singkil memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi destinasi wisata unggulan dan pusat ekonomi baru di Indonesia.
VI. Kesimpulan
Aceh Singkil memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa, namun masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur dan iklim investasi. Dengan komitmen pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan dari masyarakat, pengembangan Aceh Singkil sebagai destinasi wisata dan pusat ekonomi baru dapat terwujud. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan investor menjadi kunci sukses dalam mewujudkan visi tersebut.
I. Pendahuluan
Aceh Singkil, sebuah kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, memiliki potensi alam yang luar biasa, mulai dari keindahan alam hingga kekayaan sumber daya alam. Namun, selama bertahun-tahun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, telah menunjukkan perhatian serius terhadap pengembangan daerah ini.
II. Potensi Alam dan Pariwisata Aceh Singkil
Aceh Singkil dikenal dengan keindahan alamnya, seperti pantai yang indah dan pasir putih yang memukau. Selain itu, daerah ini juga memiliki hutan bakau, gambut, dan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kredit karbon. Namun, aksesibilitas menuju daerah ini masih terbatas, yang menjadi tantangan utama dalam pengembangan potensi tersebut.
III. Komitmen Pemerintah dalam Pengembangan Infrastruktur
Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan Aceh Singkil. Pemerintah berencana untuk memperpanjang landasan pacu Bandara Syekh Hamzah Fansuri dari 1.200 meter menjadi 2.000 meter agar pesawat berbadan besar dapat mendarat. Selain itu, pembangunan pelabuhan dan dermaga juga menjadi prioritas untuk mempermudah akses transportasi.
IV. Investasi Uni Emirat Arab dan Tantangan Syariat Islam
Pada tahun 2021, Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk berinvestasi sebesar 500 juta dolar AS di Aceh Singkil, khususnya di Pulau Banyak. Namun, rencana tersebut sempat tertunda karena adanya pertimbangan terkait penerapan syariat Islam di daerah tersebut. Luhut Binsar Pandjaitan memastikan bahwa investasi tersebut akan tetap dilanjutkan dengan terus melakukan komunikasi dengan Menteri Energi dan Industri UEA, Suhail Mohammed Al Mazrouei.
V. Tantangan dalam Realisasi Investasi
Meskipun ada komitmen dari pemerintah dan investor, realisasi investasi di Aceh Singkil menghadapi berbagai tantangan. Beberapa proyek infrastruktur yang direncanakan, seperti pembangunan pelabuhan dan bandara, mengalami keterlambatan. Selain itu, terdapat juga masalah terkait dengan birokrasi dan koordinasi antar instansi yang memperlambat proses investasi.
VI. Harapan dan Langkah ke Depan
Luhut Binsar Pandjaitan berharap agar semua pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat, dapat bekerja sama untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di Aceh Singkil. Ia menekankan pentingnya transparansi, profesionalisme, dan pelayanan yang memudahkan investor. Dengan demikian, potensi besar Aceh Singkil dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
VII. Kesimpulan
Investasi di Aceh Singkil memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, untuk mewujudkannya, diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Dengan komitmen yang kuat dan kerja sama yang baik, Aceh Singkil dapat menjadi contoh sukses dalam pengembangan daerah berbasis investasi.
VIII. Latar Belakang Strategis Aceh Singkil dalam Peta Investasi Nasional
Aceh Singkil bukan hanya sebuah kabupaten yang kaya akan sumber daya alam, melainkan juga memiliki posisi strategis dalam peta investasi nasional. Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, jalur pelayaran internasional tersibuk di dunia, Aceh Singkil memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan ekonomi maritim.
Luhut Binsar Pandjaitan dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa pemanfaatan letak geografis Aceh Singkil secara optimal bisa mendongkrak nilai investasi nasional sekaligus menguatkan ketahanan ekonomi kawasan Indonesia bagian barat. “Kita harus memanfaatkan letak Aceh Singkil sebagai gerbang ekonomi yang menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional,” ujar Luhut.
Selain itu, kekayaan sumber daya alam seperti hutan gambut, hasil laut, dan keindahan alam yang potensial untuk pariwisata, membuat daerah ini memiliki banyak sektor investasi yang bisa digarap secara berkelanjutan.
IX. Rincian Proyek Investasi dan Sektor Prioritas
1. Infrastruktur Transportasi dan Logistik
Pembangunan infrastruktur menjadi kunci dalam membuka akses Aceh Singkil ke pasar yang lebih luas. Pemerintah pusat di bawah koordinasi Luhut berencana memperbesar Bandara Syekh Hamzah Fansuri agar dapat melayani pesawat berbadan besar, sehingga menambah jumlah wisatawan dan kemudahan distribusi barang. Selain itu, proyek pembangunan pelabuhan baru dan pengembangan dermaga lama diarahkan agar dapat melayani kapal-kapal pengangkut kargo internasional.
2. Investasi Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya
Aceh Singkil memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, mulai dari keindahan alam pantai, pulau-pulau kecil, hingga tradisi budaya lokal yang unik. Luhut mengajak investor untuk memanfaatkan potensi ini dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang menjaga kelestarian lingkungan dan budaya.
3. Pengembangan Energi Terbarukan
Daerah ini juga memiliki potensi energi terbarukan seperti energi surya dan biomassa yang mulai diincar sebagai alternatif energi bersih. Luhut menyebutkan bahwa pemerintah siap mendukung pengembangan energi ramah lingkungan sebagai bagian dari agenda hijau nasional.
4. Kredit Karbon dan Pelestarian Lingkungan
Salah satu potensi unik yang disorot Luhut adalah kredit karbon yang bisa didapatkan dari hutan gambut dan mangrove di Aceh Singkil. Dengan pengelolaan yang baik, investasi di sektor ini bisa memberikan keuntungan sekaligus menjaga ekosistem.
X. Tantangan Sosial dan Budaya dalam Proses Investasi
Meski potensi besar, Aceh Singkil memiliki dinamika sosial dan budaya yang tidak boleh diabaikan. Penerapan syariat Islam yang ketat di Aceh menjadi perhatian utama dalam proses investasi, terutama dari investor asing seperti Uni Emirat Arab.
Luhut mengakui tantangan ini, namun ia optimistis bahwa dengan komunikasi dan pendekatan yang tepat, investor dan pemerintah daerah bisa menemukan titik temu. “Kita harus hormati kearifan lokal dan aturan yang berlaku, tapi juga membuka ruang investasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Luhut.
Konflik kepentingan dan kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan sosial ekonomi juga harus dikelola secara transparan dan inklusif. Pemerintah daerah didorong untuk aktif mengajak masyarakat dalam setiap tahap pembangunan, agar investasi yang masuk tidak menimbulkan resistensi.
XI. Peran Pemerintah dan Sinergi Lintas Sektor
Luhut menegaskan bahwa keberhasilan investasi di Aceh Singkil sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah pusat, daerah, sektor swasta, dan masyarakat. Pendekatan kolaboratif ini harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten, kemudahan birokrasi, dan program pemberdayaan masyarakat.
Berbagai kebijakan telah dirancang untuk mempercepat proses perizinan dan memberikan insentif bagi investor. Selain itu, pemerintah juga menggalakkan program pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia lokal agar masyarakat dapat mengambil bagian aktif dalam proyek-proyek investasi.
XII. Studi Kasus: Investasi Uni Emirat Arab di Aceh Singkil
Investasi dari Uni Emirat Arab yang sempat tertunda menjadi contoh nyata kompleksitas investasi di daerah ini. Awalnya, rencana investasi senilai 500 juta dolar AS diarahkan untuk pengembangan Pulau Banyak, yang termasuk dalam wilayah Aceh Singkil.
Luhut menjelaskan bahwa keterlambatan investasi ini sebagian karena adanya persepsi bahwa investasi asing harus disesuaikan dengan nilai-nilai syariat Islam yang berlaku. Namun, ia terus melakukan negosiasi agar proyek ini bisa berjalan dengan menghormati norma lokal sekaligus memenuhi standar internasional.
Dari pengalaman ini, Luhut berharap bahwa Aceh Singkil bisa menjadi model daerah yang mampu membuka diri terhadap investasi global tanpa mengorbankan identitas budaya dan agama.
XIII. Dampak Positif Investasi bagi Masyarakat Aceh Singkil
Dengan terwujudnya investasi besar, Luhut yakin akan ada dampak positif signifikan bagi masyarakat Aceh Singkil, antara lain:
- Peningkatan lapangan kerja: Banyaknya proyek infrastruktur dan industri baru akan membuka kesempatan kerja luas bagi warga lokal.
- Pembangunan ekonomi lokal: Investasi dapat memicu tumbuhnya usaha kecil dan menengah yang mendukung rantai pasok industri besar.
- Peningkatan kualitas hidup: Infrastruktur yang lebih baik, layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Pelestarian lingkungan: Dengan pengelolaan yang tepat, investasi dapat sekaligus menjaga kelestarian alam yang menjadi aset utama daerah.
XIV. Rekomendasi untuk Keberlanjutan Investasi
Untuk memastikan investasi yang masuk benar-benar memberikan manfaat jangka panjang, Luhut menyarankan beberapa langkah strategis:
- Peningkatan komunikasi dan transparansi: Pemerintah daerah harus membuka ruang dialog yang luas dengan masyarakat dan investor.
- Penguatan regulasi lingkungan: Perlindungan lingkungan harus menjadi prioritas agar investasi tidak merusak sumber daya alam.
- Pengembangan SDM lokal: Pelatihan dan pendidikan harus diprioritaskan agar tenaga kerja lokal bisa mengambil posisi strategis.
- Pemantauan dan evaluasi berkelanjutan: Proyek investasi harus terus dipantau untuk memastikan kepatuhan dan efektivitas.
XV. Penutup
Luhut Binsar Pandjaitan dengan tegas menyatakan bahwa investasi di Aceh Singkil bukan sekadar proyek ekonomi, tapi juga komitmen pembangunan berkelanjutan yang harus membawa kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, didukung oleh langkah nyata pemerintah dan investor, Aceh Singkil berpeluang besar menjadi daerah yang maju dan berdaya saing tinggi di masa depan.
XVI. Perspektif Masyarakat Lokal terhadap Investasi
Keberhasilan investasi tidak hanya ditentukan oleh kesiapan pemerintah dan investor, tetapi juga oleh dukungan dan partisipasi masyarakat lokal. Luhut Binsar Pandjaitan beberapa kali menegaskan pentingnya melibatkan masyarakat Aceh Singkil secara aktif agar mereka merasa menjadi bagian dari pembangunan.
Partisipasi dan Keterlibatan
Masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi penerima manfaat pasif, tapi juga ikut dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek investasi. Hal ini bisa diwujudkan melalui forum konsultasi publik, pelatihan keterampilan, dan kesempatan berwirausaha yang diberikan kepada warga setempat.
Kekhawatiran Masyarakat
Meski ada antusiasme, tidak sedikit warga yang menyatakan kekhawatiran akan dampak sosial dan budaya investasi besar-besaran. Misalnya, kekhawatiran soal perubahan adat istiadat, potensi eksploitatif terhadap sumber daya alam, dan risiko ketimpangan ekonomi yang dapat terjadi.
Luhut menyatakan, “Kita harus cermat menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian budaya. Pemerintah harus hadir sebagai jembatan yang menjaga kepentingan masyarakat.”
XVII. Analisis Ekonomi Makro: Dampak Investasi terhadap Perekonomian Aceh Singkil
Investasi besar yang digarap di Aceh Singkil diproyeksikan memberikan efek multiplier yang cukup besar terhadap perekonomian lokal dan regional.
Pertumbuhan Ekonomi
Proyek infrastruktur dan pengembangan industri dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh Singkil secara signifikan dalam 5-10 tahun ke depan. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat, permintaan domestik pun akan meningkat.
Pengurangan Kemiskinan
Sektor investasi yang produktif berpotensi mengurangi angka kemiskinan yang masih cukup tinggi di daerah ini. Dengan adanya lapangan kerja dan peluang usaha baru, masyarakat dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga mereka.
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pemerintah daerah juga akan mendapatkan pemasukan yang lebih besar dari pajak dan retribusi usaha, yang kemudian dapat dialokasikan untuk pembangunan sosial dan pelayanan publik.
XVIII. Peluang dan Risiko Investasi di Aceh Singkil
Peluang
- Sumber daya alam melimpah: Kayu, hasil laut, energi terbarukan, dan pariwisata alam.
- Letak geografis strategis: Dekat dengan jalur perdagangan internasional Selat Malaka.
- Dukungan pemerintah pusat: Insentif dan kebijakan yang mendukung kemudahan berinvestasi.
- Potensi pasar lokal dan regional: Kenaikan permintaan kebutuhan pokok dan jasa.
Risiko
- Ketidakpastian regulasi: Kebijakan lokal yang ketat terkait syariat Islam dapat mempengaruhi fleksibilitas investasi.
- Keterbatasan infrastruktur awal: Jalan, pelabuhan, dan bandara masih harus banyak diperbaiki.
- Resistensi sosial: Adanya kekhawatiran masyarakat lokal terhadap perubahan sosial dan lingkungan.
- Birokrasi dan korupsi: Hambatan administrasi dan potensi praktik korupsi yang bisa memperlambat investasi.
XIX. Studi Perbandingan dengan Investasi di Daerah Lain
Untuk melihat peluang dan risiko Aceh Singkil secara lebih objektif, kita bisa membandingkannya dengan daerah lain di Indonesia yang mengalami proses investasi besar, misalnya di Batam dan Banyuwangi.
Batam
Daerah ini berhasil menjadi kawasan industri dan perdagangan yang maju karena dukungan penuh pemerintah, infrastruktur yang memadai, dan kebijakan investasi yang fleksibel. Namun, Batam juga menghadapi masalah sosial dan lingkungan yang memerlukan perhatian serius.
Banyuwangi
Mengusung konsep pariwisata berkelanjutan, Banyuwangi berhasil mengembangkan ekonomi lokal dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam. Model ini bisa menjadi inspirasi bagi Aceh Singkil untuk mengembangkan potensi wisata sambil menjaga budaya dan lingkungan.
XX. Visi Jangka Panjang: Aceh Singkil 2035
Melihat potensi dan rencana pengembangan saat ini, Luhut Binsar Pandjaitan optimistis Aceh Singkil akan menjadi kawasan yang maju dan sejahtera dalam dua dekade ke depan. Visi jangka panjang tersebut mencakup:
- Menjadi pusat ekonomi maritim utama di Sumatra Utara dan Aceh.
- Mengembangkan sektor pariwisata alam dan budaya secara berkelanjutan.
- Menjadi contoh pengelolaan lingkungan dengan program kredit karbon dan konservasi hutan.
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja
XXI. Aspek Legal dan Regulasi dalam Investasi di Aceh Singkil
Aceh Singkil, sebagai bagian dari Provinsi Aceh, memiliki status khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang memberikan otonomi khusus terkait pelaksanaan syariat Islam dan pengelolaan sumber daya alam.
1. Otonomi Khusus Aceh dan Implikasinya pada Investasi
Penerapan syariat Islam di Aceh menjadi regulasi yang wajib ditaati, termasuk dalam kegiatan investasi. Hal ini berimplikasi pada aturan-aturan yang mengatur bagaimana investor asing maupun domestik harus menyesuaikan model bisnis mereka agar sesuai dengan norma hukum dan budaya lokal.
2. Perizinan dan Prosedur Investasi
Luhut Binsar Pandjaitan dan pemerintah pusat berkomitmen menyederhanakan proses perizinan di Aceh Singkil, salah satunya melalui sistem online single submission (OSS) yang diintegrasikan dengan pemerintah daerah. Namun, tantangan koordinasi antara pusat dan daerah masih perlu diatasi agar proses investasi tidak terhambat.
3. Perlindungan Hak Masyarakat Adat
Dalam proses investasi, perlindungan hak-hak masyarakat adat menjadi prioritas, terutama terkait dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam. Pemerintah daerah dan pusat diwajibkan untuk memastikan bahwa proyek investasi tidak melanggar hak-hak masyarakat setempat dan memperoleh persetujuan mereka.
XXII. Dampak Lingkungan: Tantangan dan Solusi
Pengembangan investasi di Aceh Singkil yang kaya akan ekosistem hutan gambut, mangrove, dan laut harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang serius.
1. Risiko Deforestasi dan Kerusakan Habitat
Pembangunan infrastruktur dan aktivitas industri berpotensi menimbulkan deforestasi yang dapat merusak habitat flora dan fauna, termasuk spesies endemik dan terancam punah.
2. Ancaman Terhadap Ekosistem Laut dan Pantai
Pengembangan pelabuhan dan kegiatan pariwisata massal dapat mengancam ekosistem terumbu karang dan kawasan pesisir yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian nelayan.
3. Upaya Konservasi dan Kredit Karbon
Luhut mengajak investor untuk mengadopsi teknologi hijau dan proyek konservasi yang dapat menghasilkan kredit karbon sebagai kompensasi terhadap emisi karbon. Program ini sekaligus menjadi peluang investasi ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomi.
4. Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan
Pemerintah daerah dan pusat harus memperkuat kapasitas pengawasan agar semua aktivitas investasi mematuhi standar lingkungan, termasuk evaluasi dampak lingkungan (AMDAL) yang ketat.
XXIII. Dampak Sosial: Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat
Selain dampak ekonomi dan lingkungan, aspek sosial menjadi perhatian utama dalam investasi di Aceh Singkil.
1. Pengarusutamaan Keadilan Sosial
Investasi harus dirancang agar dapat mengurangi kesenjangan sosial, dengan memastikan bahwa manfaat pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.
2. Perlindungan Budaya Lokal
Luhut menekankan pentingnya melestarikan budaya Aceh Singkil, termasuk bahasa, adat, dan tradisi, sebagai bagian dari identitas daerah yang harus dijaga di tengah arus modernisasi.
3. Program Pemberdayaan Masyarakat
Pelatihan keterampilan dan akses terhadap modal usaha menjadi bagian dari program yang diusung untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan aktif dalam pembangunan.
4. Mitigasi Konflik Sosial
Keterlibatan masyarakat sejak tahap awal perencanaan investasi menjadi kunci untuk mencegah konflik dan resistensi yang dapat menghambat proyek.
XXIV. Studi Kasus: Proyek Pengembangan Pariwisata di Pulau Banyak
Pulau Banyak di Aceh Singkil menjadi salah satu fokus investasi pariwisata yang mengedepankan konsep berkelanjutan.
1. Konsep Ekowisata
Investor bersama pemerintah daerah mengembangkan ekowisata yang menonjolkan keindahan alam tanpa merusak lingkungan, dengan fasilitas wisata yang ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat setempat.
2. Keterlibatan Masyarakat Lokal
Penduduk setempat dilibatkan sebagai pemandu wisata, pengelola homestay, dan pelaku usaha kecil di sektor pariwisata.
3. Hasil dan Tantangan
Proyek ini mendapat respon positif namun menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses transportasi dan sarana pendukung lain yang masih perlu diperbaiki.
XXV. Penutup: Sinergi dan Komitmen untuk Masa Depan Aceh Singkil
Luhut Binsar Pandjaitan dengan tegas menegaskan bahwa investasi di Aceh Singkil harus menjadi contoh terbaik bagaimana pembangunan ekonomi dapat berjalan beriringan dengan pelestarian lingkungan dan penguatan sosial budaya.
Diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, investor, dan masyarakat agar Aceh Singkil dapat benar-benar berkembang menjadi daerah yang makmur, berdaya saing, dan lestari.
baca juga : Cek Fakta-Fakta Gerhana Bulan Total pada 14 Maret 2025, Bisa Dilihat di Indonesia?